SSブログ

Memerhatikan dan Memperhatikan [上級]

Semakin banyak seruan agar pengguna bahasa Indonesia kembali ke bahasa Indonesia yang benar. Baru-baru ini, sebuah stasiun televisi swasta di Indonesia mendapat sentilan di rubrik bahasa Kompas (8/2). Saya tidak menemukan nama pengarangnya di situs Kompas, mungkin karena situs Kompas daring (lagi-lagi muncul kata ini, hehehe...) masih belum sempurna. Yang mengikuti pergantian wajah situs Kompas pasti bisa membedakan tampilan lama dan baru situs tersebut. Kalau penulisnya wartawan Kompas, mungkin ada kesepakatan agar nama sang penulis tidak usah disebut. Entah juga. Bila Anda berlangganan Kompas cetak, mohon kesudiannya mengintip nama pengarang artikel tersebut. Terima kasih. :)

Berikut tautan artikel berjudul "Tajam Tepercaya" dari Kompas:
http://www.kompas.co.id/kompascetak/read.php?cnt=.kompascetak.xml.2008.02.08.03112768&channel=2&mn=2&idx=2
Jika tautan di atas tidak bisa Anda akses, silakan coba yang berikut:
http://wismabahasa.wordpress.com/2008/02/08/tajam-tepercaya/

Artikel itu memasalahkan cogan yang digunakan—baiklah, supaya Anda tidak repot mencari-cari, saya tulis saja—SCTV untuk tayangan Liputan 6, "Aktual, Tajam, Terpercaya". Yang dipermasalahkan adalah kata "terpercaya".

---awal kutipan---
Kata percaya—mudah-mudahan tak ada di antara kita yang menganggap kata ini bentukan dari per+caya—termasuk kata dasar yang suku pertamanya (per-caya) berakhir dengan bunyi /er/. Sejalan dengan kaidah pengimbuhan ter-, bentukan yang mengikuti aturan tentu saja tepercaya.
---akhir kutipan---

Betul-betul artikel yang mengena, meskipun sampai sekarang SCTV belum mengganti semboyan yang dipakai di situs Liputan6.com. Mengena, karena saya sendiri selama ini menganggap tidak ada yang aneh dengan kata "terpercaya". Dan saya yakin, jauh lebih banyak orang Indonesia yang menggunakan kata "terpercaya" dibandingkan mereka yang menggunakan kata "tepercaya".

Dengan mengambil pelajaran yang sama, saya kira ada kata yang sering luput dari perhatian karena kita menganggapnya wajar. Merasa anehkah Anda dengan kata "memerhatikan"? Merasa akrabkah Anda dengan kata "memperhatikan"?

Yang betul adalah "memerhatikan". Huruf "p" luluh karena kata dasar "memerhatikan" bukan "hati", melainkan "perhati". Kalau kata dasarnya "hati" dan mendapat awalan "memper-" dan akhiran "-kan", kata "memperhatikan" memang tidak salah. Namun, tidak ada lema turunan "memperhatikan" pada lema "hati".

Karena kata dasar yang tercantum dalam KBBI adalah "perhati", sudah selayaknya kita menaati kaidah pembentukan kata dan konsisten menggunakan kata "memerhatikan".

***
上級 (joukyuu): tingkat lanjut, advanced level

Catatan: Saya baru saja menambahkan tulisan lain tentang "memerhatikan" dan "memperhatikan". [15 April 2008]
nice!(0)  コメント(8)  トラックバック(0) 
共通テーマ:資格・学び

nice! 0

コメント 8

アルビー

terus bagaimana dengan kata "mengerti",ya?

what so called bentuk pasif dari "membaca" adalah "ゼロ baca".
Terhadap
1. Saya akan membaca buku itu.
kita peroleh
2. Buku itu akan [saya baca].

Nah, dalam KBBI, kata bentukan "mengerti" itu kata dasarnya "erti". Kalau bentuk ini mau dipasifkan dengan kaidah 1. dan 2. , maka jadinya " dierti" atau " saya erti". Tapi kenyataannya kita tidak mendapatkan bentuk "dierti" atau " saya erti " dalam kehidupan berbahasa kita.

Jika prinsip reductio ad absurdum diterapkan, kaidah 1. dan 2. bisa dinyatakan tidak berlaku. Tapi karena untuk sebagian besar kasus, kaidah 1 dan 2 dapat dipakai, maka kata "mengerti" ini bisa dimasukkan dalam black list "perkecualian" untuk kemudian diteliti kaidah-kaidah linguistik yang lebih luas cakupannya. Setidaknya menurut aku,lho,ya.

Untuk kasus ini, bagaimana pandangan pusat bahasa,ya?

Dalam bahasa Jepang, bentuk "dapat"(可能形)食べれる dulu dinyatakan tak berterima. Tapi setelah diteliti, ternyata banyak pemakainya dan perubahannya masih dalam batas yang wajar dari sistem fonologi(音韻体系)bahasa Jepang, akhirnya kita bisa mendapatkan bentuk 食べれる(tabereru) ini dalam kamus. Istilah untuk bentuk ini adalan ラ抜き言葉。

Sebaiknya si penulis artikel tersebut mengadakan penyelidikan dulu terhadap contoh-contoh "kekeliruan" ini. Berapa banyak kesalahan ini terjadi dan apakah fenomena tersebut bisa dijelaskan secara linguistik. Jika sebagian penduduk salah secara KBBI, lalu apakah artinya KBBI? Kaidah harus dibuat sedemikian rupa sehingga bisa menjelaskan fenomena.
by アルビー (2008-02-15 02:34) 

sepedaku

Arbee,

Tidak ada yang salah dengan kata "erti". Kata "erti" masih dipergunakan secara luas oleh penutur bahasa Melayu. Bila suatu lema yang tercantum di KBBI tidak digunakan oleh penuturnya, bukan berarti ia salah.

Kita sah-sah saja mengucapkan "dierti". Apakah itu menyalahi tata bahasa? Tidak. Hanya sebuah kata yang tidak lazim, tepatnya masih tertidur dan belum dibangunkan oleh para pengguna bahasa Indonesia. Kita lebih sering menggunakan "dipahami" untuk menyatakan arti yang sama dengan "dierti".

Keputusan untuk menggunakan suatu istilah tergantung pada tujuannya. Untuk karya sastra, boleh-boleh saja kita memakai kata-kata yang tidak lazim supaya pembaca tidak bosan. Justru di situlah letak keindahannya.

Kita harus memahami prinsip baik dan benar dalam bahasa Indonesia. Baik belum tentu benar. Benar belum tentu baik. Baik maksudnya lazim digunakan, berterima, dan sesuai dengan bahasa yang digunakan lawan bicara. Tinggal membedakan kapan kita perlu menggunakan bahasa yang benar, bahasa yang baik, atau dua-duanya sekaligus, bahasa yang baik dan benar.

Saya tidak perlu mengucapkan bahasa Indonesia yang benar saat berbicara dengan teman. Bisa-bisa saya kena damprat, "Ngapain elo ngomong pake bahasa planet gitu?" :)

Terlepas dari itu, ada beberapa lema di KBBI yang belum bisa saya terima. Misalnya lema "bus". Kenapa tidak "bis" saja, bukankah kebanyakan orang Indonesia menyebut "bis" untuk "kendaraan bermotor angkutan umum yg besar, beroda empat atau lebih, yg dapat memuat penumpang banyak" itu?

Kalau kita minta orang Jepang mengucapkan "bus", bisa-bisa lidahnya terpeleset mengucapkannya sebagai ブス. :)
by sepedaku (2008-02-15 11:41) 

アルビー

Di google, aku coba masukkan kata "dimengerti" dan keluar
567,000 artikel. Sedangkan "dierti" hanya keluar 733 yang sebagian besar bukan bahasa Melayu-Indonesia. Kalaupun ada, pastilah itu artikel yang ditulis dalam bahasa Melayu.
Anggaplah separoh dari artikel "dierti" ini adalah bahasa Melayu. Itu pun persentasinya masih di bawah 0,1%.

Benar belum tentu baik dan indah.
Dan sebaliknya Baik dan indah belum tentu benar.

Bagaimana dengan
Yang baku belum tentu benar.
dan sebaliknya yang benar belum tentu baku?

Semoga dalam KBBI mendatang kata "mengerti" ini dikupas lebih dalam untuk membantu pengertianku yang dangkal ini.
Thx penjelasannya,ya.
by アルビー (2008-02-16 01:10) 

sepedaku

Tentang kata "dimengerti", sementara "no comment" dulu deh, hahaha... Aku juga memakainya kok, walaupun ada kemungkinan salah menurut kaidah pembentukan kata.

Mengerti: me + erti
Maka bentuk pasifnya: di + erti -> dierti

Kalau lema "mengerti" berdiri sendiri dalam KBBI alias bukan merupakan lema turunan "erti", maka bentuk "dimengerti" pun menjadi benar.

Aku belum sempat membaca-baca buku linguistik, siapa tahu ada pembahasan tersendiri tentang fenomena penggunaan kata "dimengerti". Apakah ia merupakan pengecualian atau justru salah kaprah.

Masalah "benar" dan "baku" perlu ditarik lebih lanjut ke hal lain, yaitu lembaga yang mempunyai hak menetapkan kaidah-kaidah benar dan baku. Kalau memang ada lembaga semacam itu dan kita sepakat bahwa lembaga itu memiliki hak tersebut lalu mengacu kepadanya, berarti kalau suatu kata dianggap benar, ia pun baku.
by sepedaku (2008-02-16 21:54) 

Elang

Soal TERPERCAYA, barusan saya ketemu komentar dari Liputan6 sendiri di
http://www.liputan6.com/producer/?id=47
yang dimuat 14/02/2008 18:43.

Semoga Sepedaku san juga tahu.

Saya sedang mempelajarinya.
by Elang (2008-02-17 20:08) 

sepedaku

Elang, terima kasih banyak atas informasinya. Saya akan membacanya dengan saksama nanti.

Saya mau "cabut" dulu ke Ibaraki! Ciao!
by sepedaku (2008-02-18 09:18) 

アルビー

Ke Ibarakinya dalam rangka apa Din?
by アルビー (2008-02-19 00:13) 

sepedaku

Ada seminar gabungan beberapa universitas. Tidak kusangka di sini ada fasilitas internet nirkabel.

Lagi pula aku salah, ternyata aku berada di Semenanjung Izu, hehehe... bukan Ibaraki, dong. Memang nilai geografinya jeblok, mau diapain lagi... :)
by sepedaku (2008-02-19 10:59) 

コメントを書く

お名前:
URL:
コメント:
画像認証:
下の画像に表示されている文字を入力してください。

トラックバック 0

Kerusakan dan Asuran..Hari Kasih Sayang (バ.. ブログトップ

この広告は前回の更新から一定期間経過したブログに表示されています。更新すると自動で解除されます。