SSブログ

Sekadar atau Sekedar? Silakan atau Silahkan? [上級]

Dalam berbahasa Indonesia yang benar, seorang penutur asli bahasa Indonesia seperti saya sekalipun tidaklah luput dari cacat. Kira-kira setahun yang lalu, saya mendapat masukan dari seorang rekan penerjemah tentang kata "sekedar" yang saya gunakan saat bertukar imel dengannya.

Yang benar adalah "sekadar" dengan kata dasar "kadar", tulisnya.

Saya pun langsung membuka KBBI. Betul juga. Memang ada lema "kedar", tetapi di sampingnya ada tanda anak panah yang diikuti kata "kadar". Dalam bahasa Jepang, entri semacam itu disebut "空見出し" (karamidashi). Kata yang baku adalah yang dirujuk (kata rujukan), yang berisi penjelasan tentang arti kata tersebut. Jadi, yang benar bukan "sekedar", melainkan "sekadar". Pada halaman xxxv KBBI edisi ketiga tertulis, "Tanda anak panah dipakai sebagai penanda untuk rujuk silang bagi kata lema yang tidak disarankan pemakaiannya, yang merupakan bentuk varian kata lema yang ejaannya dianggap baku".

kedar → kadar
se·ka·dar adv 1 sesuai atau seimbang dng; menurut keadaan (kemungkinan, keperluan, dsb); sepadan (dng): ia berbicara ~ perlu dan pentingnya; 2 hanya untuk: ~ memperoleh ketepatan ejaan; semua itu ~ olok-olok; 3 seperlunya; seadanya: hal itu akan kuceritakan ~ nya
(dari KBBI daring)

Fenomena kesalahan berbahasa yang menyangkut penulisan/pengucapan kata ini bisa dijelaskan sebagai berikut. Yang pertama, kesalahan tersebut "dipelajari" langsung dari guru, misalnya semasa SD, SMP, dan SMA. Yang kedua, kesalahan tersebut "dipelajari" dari media massa atau orang lain sesama pengguna bahasa Indonesia. Yang ketiga, ada kata lain yang mengandung bunyi vokal /e/ /e/ /a/ atau "seke--" sehingga si pengguna bahasa menyamakan rima "sekadar" dengan kata lain tersebut, misalnya "sekejap".

Untuk poin pertama, saya tidak sepenuhnya menyalahkan guru, karena bahasa Indonesia masih dan terus mengalami perkembangan. Sesuatu yang saya pelajari ketika SD dulu mungkin tidak lagi benar menurut kaidah sekarang. Selain itu, mungkin juga seseorang meniru bahasa Indonesia yang digunakan oleh guru mata pelajaran nonbahasa Indonesia yang belum tentu benar. Padahal ingatan semasa kecil lebih kuat karena suatu hal diserap dengan mudah oleh otak anak.

Untuk poin kedua, J.S. Badudu dalam beberapa jilid buku karangannya "Inilah Bahasa Indonesia yang Benar" selalu menekankan, ketidakpedulian berbahasa masih banyak ditemukan di kalangan pers. Padahal masyarakat membaca dan mendengar bahasa Indonesia dari media massa. Kebanyakan orang tentu tidak akan merepotkan dirinya dengan mengecek apakah suatu kalimat mengandung kata mubazir atau tidak, suatu kata ejaannya betul atau tidak, dan sebagainya. Bahasa yang dipakai oleh media massa pun ditiru oleh masyarakat karena dianggap benar.

Untuk poin ketiga, saya yakin penjelasan yang saya tulis di atas pasti memiliki istilah khusus dalam bidang linguistik.

Mengenai kata "silakan" (baku), masih banyak orang Indonesia yang menggunakan kata "silahkan" di dalam tulisannya. Ketika saya masih SD, saya ingat betul bahwa yang diajarkan oleh guru bahasa Indonesia adalah "silahkan". Baru ketika saya duduk di bangku SMP atau SMA, muncul seruan agar kata baku "silakan" digunakan untuk menggantikan "silahkan".

Yang saya angkat di atas hanyalah contoh sederhana yang menyangkut ejaan. Rasanya masih banyak yang harus saya pelajari supaya penjelasan saya tidak menyesatkan rekan-rekan yang belajar bahasa Indonesia.

***
上級 (joukyuu): tingkat lanjut, advanced level
nice!(0)  コメント(2)  トラックバック(0) 
共通テーマ:資格・学び

nice! 0

コメント 2

EMHAS

Saya rasa, guna menguasai ejaan kata-kata bahasa Indonesia yang baku dan benar memang cukup sulit. Salah satunya adalah karena bangsa kita terdiri dari berbagai macam suku dan bahasa daerah/dialek yang begitu kuat pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Misalnya, suku Sunda cenderung mengatakan/menulis koper daripada kopor, Pebruari, Nopember, propinsi bukan provinsi,,,dst. Seorang penyanyi saja masih berucap fikiran daripada pikiran, robahlah/rubahlah daripada ubahlah,,,
Sementara, seorang pengedit yang sedang mengoreksi naskah, skripsi, atau hasil terjemahan, sering dibuat pusing oleh kesemrawutan kata, ejaan atau campur baur bahasa lisan/cakap dengan bahasa formal/tulis.

Semoga dengan banyaknya guru-guru bahasa Indonesia yang tangguh, diharapkan bisa meluruskan dan melahirkan pembelajar-pembelajar yang baik serta mendalam pula pengetahuan bahasanya.
みなさん、徹底的にインドネシア語を好きになって発展させてお互いがんばりましょうね♪
by EMHAS (2008-03-26 03:12) 

sepedaku

Emhas, Anda betul sekali. Justru pengaruh bahasa daerah inilah yang harus kita sadari saat berbicara dalam bahasa Indonesia agar bisa berbahasa Indonesia dengan benar. Mudah untuk berbicara, tetapi sulit untuk melaksanakannya, hehehe...

Contoh yang Emhas kemukakan sungguh jitu. Bahasa yang digunakan oleh tokoh masyarakat (penyanyi, misalnya) memang bisa memengaruhi pengguna bahasa Indonesia lainnya. Semoga mereka yang merasa menjadi tokoh masyarakat bisa memberikan contoh berbahasa Indonesia yang benar.

私も、もっと努力しないと!
by sepedaku (2008-03-26 22:59) 

コメントを書く

お名前:
URL:
コメント:
画像認証:
下の画像に表示されている文字を入力してください。

トラックバック 0

Baca Buku di GoogleBalado Terung Lembur.. ブログトップ

この広告は前回の更新から一定期間経過したブログに表示されています。更新すると自動で解除されます。