SSブログ

Masih tentang "memerhatikan" dan "memperhatikan" [上級]

Pernah mendengar kabar lema "perhati" akan dihapus dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi keempat yang akan terbit pada bulan Oktober 2008 ini? Sungguh suatu topik yang sangat menarik, karena lema "perhati" hanya tercantum dalam KBBI, dan hanya KBBI yang mencantumkan lema turunan "memerhatikan". Kamus Badudu - Zain dan Poerwadarminta sama-sama mencantumkan lema turunan "memperhatikan" di bawah lema pokok "hati".

Benarkah hanya KBBI yang memuat lema "perhati"? Saya yang masih penasaran melanjutkan perburuan lema "perhati" di kamus lain. Terima kasih, Gusti! Lema "perhati" saya temukan di kamus lain, tepatnya di Kamus Dewan edisi ketiga. Berarti lema "perhati" pada KBBI tidak sendirian, masih ada Kamus Dewan, kamus bahasa Melayu, yang mencantumkannya sebagai lema tersendiri. Yang menarik, kata bentukan "me-kan" dicantumkan dua-duanya: memperhatikan dan memerhatikan. Tidak menyalahkan salah satu.

Sayang sekali perpustakaan yang saya sambangi tidak memiliki koleksi Kamus Dewan edisi keempat, yang mutakhir. Saya pun tidak bisa memeriksa apakah lema "perhati" masih tercantum atau tidak. Tetaplah ada di sana, batin saya setengah berharap.

Omong-omong, sikap saya berseberangan dengan pendapat bahwa "perhati" adalah lema semu yang tidak bermakna tanpa imbuhan lain sehingga lema tersebut perlu dihapus. Bukankah banyak lema serupa dalam bahasa Indonesia? Contohnya "duyun". Sepanjang pengetahuan saya, pengguna bahasa Indonesia selalu menggunakan kata "berduyun-duyun" tetapi tidak pernah "duyun". Apakah dengan demikian kata "duyun" menjadi salah dan perlu ditiadakan? Saya menyangsikannya.

Bisa jadi lema "perhati" diciptakan untuk menampung lema-lema turunannya: berperhatian, memerhatikan, perhatian, pemerhati (lihat KBBI daring). Kalau demikian halnya, saya ingin sekali mengetahui alasan Dewan Bahasa dan Pustaka mencantumkannya dalam Kamus Dewan edisi ketiga, dan mungkin edisi-edisi sebelumnya.

Kalau lema "perhati" betul-betul dihapus, para pengguna bahasa perlu menyesuaikan diri lagi. Dari "memperhatikan" menjadi "memerhatikan" lalu kembali ke "memperhatikan" lagi. Baru-baru ini saya menyelesaikan beberapa bacaan―novel terjemahan berbahasa Indonesia―semuanya menggunakan kata "memerhatikan". Saya mendapat firasat telah bertambah satu lagi topik penelitian bahasa yang menarik.

***
上級 (joukyuu): tingkat lanjut, advanced level
Catatan: Lihat tulisan saya sebelumnya yang berjudul "Memerhatikan dan Memperhatikan".
nice!(0)  コメント(0)  トラックバック(0) 
共通テーマ:資格・学び

Menggawangi dan Digawangi [上級]

Seorang rekan bertanya tentang arti kata "digawangi" dalam artikel di harian Republika (30/3) yang berjudul "Ayat-Ayat Cinta Ajakan Toleransi" berikut:

---awal kutipan---
Tak ketinggalan, para pemeran dalam film itu pun hadir bersama dengan produser film Manooj Punjabi yang digawangi perusahaan MD Picture.
---akhir kutipan---

Terus terang saya agak kewalahan menjawab pertanyaan ini. Lema "menggawangi" belum tercantum di dalam KBBI. Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) susunan W.J.S. Poerwadarminta dan KUBI susunan Badudu-Zain pun belum mencantumkannya. Sejauh pengamatan saya, kata "menggawangi" dan "digawangi" paling banyak digunakan dalam artikel yang berkaitan dengan musik.

Berikut beberapa contoh penggunaan "menggawangi" yang saya pungut dari situs beberapa media massa terkemuka di Indonesia, termasuk yang ditanyakan oleh rekan tersebut:

- Rencananya, kalau pilpres tahap dua itu ada, seluruh pegawai negeri sipil (PNS) di Kabupaten Majalengka akan diturunkan untuk menggawangi tempat pemungutan suara (TPS). (Kompas)

Tebakan saya: menjaga, mengawasi.

- Band yang digawangi oleh Armand Maulana (vokal), Dewa Budjana (gitar), Thomas Ramadhan (bass), dan Hendy (drum) ini menutup konser dengan lagu Perdamaian. (Media Indonesia)

Tebakan saya: diawaki, beranggotakan.

- Tak ketinggalan, para pemeran dalam film itu pun hadir bersama dengan produser film Manooj Punjabi yang digawangi perusahaan MD Picture. (Republika)

Tebakan saya: dipayungi, di bawah bendera (perusahaan). Ini masih saya ragukan.

- Belakangan, LSM internasional yang digawangi Direktur Pengawasan Hak Asasi Manusia Sidney Jones meminta Kejaksaan Agung diaudit... (Tempo Interaktif)

Tebakan saya: diwakili, diketuai.

- Pengalaman menggawangi rubrik mode di beberapa majalah muslim membuatnya piawai mendandani orang lain, meski mengaku tidak suka dandan untuk diri sendiri. (dari situs Gramedia)

Tebakan saya: mengasuh, bertanggung jawab atas.

Betapa luasnya arti "menggawangi" dan "digawangi"! Apakah semua penggunaan kata "menggawangi" pada contoh kalimat di atas betul? Karena KBBI dan KUBI belum memuat penjelasan lema tersebut, saya belum berani berkomentar. Namun, bila penggunaan kata "menggawangi" itu sampai membingungkan pembacanya, sebaiknya kita menghindarinya, bukan?

Saya baru saja mengusulkan agar kata "menggawangi" masuk ke dalam KBBI edisi keempat. Barangkali Pusat Bahasa sudah merencanakannya pula.

***
上級 (joukyuu): tingkat lanjut, advanced level
nice!(0)  コメント(0)  トラックバック(0) 
共通テーマ:資格・学び

Sekadar atau Sekedar? Silakan atau Silahkan? [上級]

Dalam berbahasa Indonesia yang benar, seorang penutur asli bahasa Indonesia seperti saya sekalipun tidaklah luput dari cacat. Kira-kira setahun yang lalu, saya mendapat masukan dari seorang rekan penerjemah tentang kata "sekedar" yang saya gunakan saat bertukar imel dengannya.

Yang benar adalah "sekadar" dengan kata dasar "kadar", tulisnya.

Saya pun langsung membuka KBBI. Betul juga. Memang ada lema "kedar", tetapi di sampingnya ada tanda anak panah yang diikuti kata "kadar". Dalam bahasa Jepang, entri semacam itu disebut "空見出し" (karamidashi). Kata yang baku adalah yang dirujuk (kata rujukan), yang berisi penjelasan tentang arti kata tersebut. Jadi, yang benar bukan "sekedar", melainkan "sekadar". Pada halaman xxxv KBBI edisi ketiga tertulis, "Tanda anak panah dipakai sebagai penanda untuk rujuk silang bagi kata lema yang tidak disarankan pemakaiannya, yang merupakan bentuk varian kata lema yang ejaannya dianggap baku".

kedar → kadar
se·ka·dar adv 1 sesuai atau seimbang dng; menurut keadaan (kemungkinan, keperluan, dsb); sepadan (dng): ia berbicara ~ perlu dan pentingnya; 2 hanya untuk: ~ memperoleh ketepatan ejaan; semua itu ~ olok-olok; 3 seperlunya; seadanya: hal itu akan kuceritakan ~ nya
(dari KBBI daring)

Fenomena kesalahan berbahasa yang menyangkut penulisan/pengucapan kata ini bisa dijelaskan sebagai berikut. Yang pertama, kesalahan tersebut "dipelajari" langsung dari guru, misalnya semasa SD, SMP, dan SMA. Yang kedua, kesalahan tersebut "dipelajari" dari media massa atau orang lain sesama pengguna bahasa Indonesia. Yang ketiga, ada kata lain yang mengandung bunyi vokal /e/ /e/ /a/ atau "seke--" sehingga si pengguna bahasa menyamakan rima "sekadar" dengan kata lain tersebut, misalnya "sekejap".

Untuk poin pertama, saya tidak sepenuhnya menyalahkan guru, karena bahasa Indonesia masih dan terus mengalami perkembangan. Sesuatu yang saya pelajari ketika SD dulu mungkin tidak lagi benar menurut kaidah sekarang. Selain itu, mungkin juga seseorang meniru bahasa Indonesia yang digunakan oleh guru mata pelajaran nonbahasa Indonesia yang belum tentu benar. Padahal ingatan semasa kecil lebih kuat karena suatu hal diserap dengan mudah oleh otak anak.

Untuk poin kedua, J.S. Badudu dalam beberapa jilid buku karangannya "Inilah Bahasa Indonesia yang Benar" selalu menekankan, ketidakpedulian berbahasa masih banyak ditemukan di kalangan pers. Padahal masyarakat membaca dan mendengar bahasa Indonesia dari media massa. Kebanyakan orang tentu tidak akan merepotkan dirinya dengan mengecek apakah suatu kalimat mengandung kata mubazir atau tidak, suatu kata ejaannya betul atau tidak, dan sebagainya. Bahasa yang dipakai oleh media massa pun ditiru oleh masyarakat karena dianggap benar.

Untuk poin ketiga, saya yakin penjelasan yang saya tulis di atas pasti memiliki istilah khusus dalam bidang linguistik.

Mengenai kata "silakan" (baku), masih banyak orang Indonesia yang menggunakan kata "silahkan" di dalam tulisannya. Ketika saya masih SD, saya ingat betul bahwa yang diajarkan oleh guru bahasa Indonesia adalah "silahkan". Baru ketika saya duduk di bangku SMP atau SMA, muncul seruan agar kata baku "silakan" digunakan untuk menggantikan "silahkan".

Yang saya angkat di atas hanyalah contoh sederhana yang menyangkut ejaan. Rasanya masih banyak yang harus saya pelajari supaya penjelasan saya tidak menyesatkan rekan-rekan yang belajar bahasa Indonesia.

***
上級 (joukyuu): tingkat lanjut, advanced level
nice!(0)  コメント(2)  トラックバック(0) 
共通テーマ:資格・学び

Kelakar nan Tidak Lucu [上級]

Ada beberapa hal di dunia ini yang benar-benar tidak saya sukai. Salah satunya, kelakar tidak lucu nan menyinggung perasaan.

Seorang teman meneruskan imel berisi kelakar di milis. Sebuah milis kecil yang beranggotakan kawan-kawan saya semasa kuliah dahulu. Saya menganggap isi kelakar itu melecehkan wanita. Sebenarnya saya enggan mengutipnya di sini. Tetapi baiklah, saya akan menuliskannya supaya Anda bisa memahami apa yang akan saya dedahkan di sini. Teks aslinya berbahasa Inggris. Kalimat-kalimat di bawah adalah terjemahan bebas saya.

+++
Seorang pria pulang, mendapati istrinya di ranjang dengan pria lain. Pria lain itu tidak lain temannya sendiri. Seketika itu juga ia marah dan menembak pria itu. Istrinya pun berkata, "Jika kamu terus bertindak seperti ini, kamu akan kehilangan SEMUA kawanmu."
+++

Apakah Anda bisa memahami mengapa saya tidak suka pada kelakar di atas? Kalau tidak, saya akan membantu Anda memahaminya dengan menuliskan salah satu alasan saya. Kelakar di atas mengandaikan si perempuan suka berselingkuh dan menganggap hal itu sebagai hal remeh. Nah, masalahnya kelakar di atas hanyalah satu dari beberapa kelakar, yang kebanyakan saya anggap bernada melecehkan wanita.

Saya pun bereaksi. Saya menuliskan imel singkat yang menyayangkan, di kala banyak orang berpendidikan, berposisi tinggi, bahkan sudah melanglang buana, ternyata masih ada orang yang bersemangat meneruskan kelakar tidak bermutu seperti itu. Saya menutup imel singkat itu: "Bebas berpendapat, ini pendapat saya. Dan siapa pun tetap bebas meneruskan imel itu."

Tiba-tiba si teman menasihati saya lewat jalur pribadi. Katanya, "Bahasa yang kamu pakai untuk mengingatkan kurang bijaksana, terlalu sinis." Lalu ia menambahkan, "Bukankah ajaran agama meminta agar kita berdakwah, saling mengingatkan, mengutarakan pendapat, dan berbicara dengan bijaksana..."

Saya membalas lagi. Kalau memang ia menganggap bahasa saya agak sinis dan kurang bijaksana, saya mohon maaf.

Di bawahnya saya tambahkan,
"Apakah kelakar yang Anda lontarkan itu sesuai dengan tuntunan agama, yaitu mengandung dakwah, saling mengingatkan, dan bijaksana?"

Mengapa saya yang mengingatkan justru dianggap tidak benar? Ingat, saya tidak akan bereaksi kalau ia tidak melontarkan kelakar yang tidak pada tempatnya itu.

Jika rakyat melancarkan protes dengan cara demonstrasi terhadap pemerintah (yang tidak menjalankan roda pemerintahan dengan benar, misalnya), apakah rakyat yang salah?

Orang-orang yang menikmati kelakar tidak bermutu semacam itu mungkin perlu melakukan hal-hal berikut:
1. Masukkan nama orang terdekat (misalnya ibu atau istri) ke dalam kelakar-kelakar tersebut untuk menggantikan nama tokoh di situ.
2. Minta orang terdekat itu membacanya dan perhatikan reaksinya.

Kalau orang terdekat itu tidak tersinggung sedikit pun, berarti zaman sudah edan. Saya pun harus bersiap-siap hijrah ke bulan.

Mari kita analogikan kelakar yang berbau diskriminasi tersebut dengan kelakar tentang agama, yang juga tidak saya sukai. Misalnya, kelakar yang mengolok-olok suatu agama, biasanya agama minoritas. Jika yang membaca dari golongan mayoritas, ia mungkin akan tertawa terbahak-bahak atas kelakar tersebut tanpa berpikir lebih dalam. Lain halnya jika yang membaca dari golongan minoritas, yang dijadikan bahan kelakar tersebut.

Bagi saya, kaum mayoritas yang menertawakan kaum minoritas sama dengan orang kaya yang tidak tahu penderitaan orang miskin.

Jika hal seperti itu sudah menjadi hal yang jamak di dunia ini, saya menduga sudah banyak orang yang melupakan kata ini: empati. Alamak!

***
上級 (joukyuu): tingkat lanjut, advanced level
nice!(0)  コメント(3)  トラックバック(0) 
共通テーマ:資格・学び

Tepercaya dan Terpercaya [上級]

Tulisan ini kelanjutan dari tulisan saya yang berjudul "Memerhatikan dan Memperhatikan". Saya mengawali tulisan itu dengan mengutip tulisan Salomo Simanungkalit (akhirnya saya tahu siapa penulisnya!) di Kompas (8/2) yang berjudul "Tajam Tepercaya". Tulisan Bung Salomo tersebut memasalahkan moto "terpercaya" yang dipakai dalam Liputan 6 SCTV.

Berkat kebaikan hati Elang yang menginformasikan melalui kolom komentar mengenai artikel tanggapan SCTV yang ditulis oleh Kepala Litbang SCTV Iskandar Siahaan, saya bisa mengemukakan lebih lanjut pandangan saya atas masalah ini.

Setelah mencermati artikel tanggapan tersebut, saya melihat setidaknya ada dua argumen yang dikemukakan Bung Iskandar, yaitu:
1) Unsur /er/ tidak dapat dijadikan landasan untuk merumuskan sebuah kaidah;
2) Moto "terpercaya" yang dipakai SCTV bukan berpangkal dari "percaya" sebagai verba (kata kerja), melainkan adjektiva.

Untuk argumen pertama, Bung Iskandar mengutip Gorys Keraf (1991) dalam buku "Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia untuk Tingkat Pendidikan Menengah". Sedangkan untuk argumen kedua, ia mengutip KBBI edisi kedua (1996), yang menulis "tepercaya" dalam kelas kata verba, bukan adjektiva, yang maknanya "dapat dipercaya", bukan "paling dapat dipercaya". Maka "terpercaya" yang berarti "paling dapat dipercaya" sah, begitu kesimpulannya.

Mari kita fokuskan pembicaraan pada argumen pertama terlebih dahulu. Saya ingin mengupas permasalahan ini melalui kutipan dari tulisan Iskandar Siahaan (IS) dan tulisan Salomo Simanungkalit (SS).

IS:
---awal kutipan---
Di halaman 122, Gorys menulis, adanya unsur /er/ tidak dapat dijadikan landasan untuk merumuskan sebuah kaidah, karena ada banyak kata yang tidak mengikuti ketentuan itu. Ia contohkan (selain contoh-contoh kata di atas): bercermin, berdermaga, bergerbang, berderma, dan berperkara.
---akhir kutipan---

Saya berkesimpulan bahwa pendapat Gorys Keraf tersebut tidak menyinggung kata-kata berawalan "ter-" seperti yang ditulis SS, "terbersit"," tercermin", dan "terpergok". Artinya, IS salah alamat ketika mengutip pendapat Gorys Keraf tersebut untuk argumennya. Mohon koreksinya kalau saya salah, karena saya tidak mempunyai buku tersebut sehingga tidak bisa melakukan rujuk silang secara langsung.

SS:
---awal kutipan---
Terbersit atau tebersit? Tercermin atau tecermin? Terpergok atau tepergok?
Dugaan saya, tak segala sebiduk sehaluan. Penjelasan untuk itu sederhana saja. Sudah telanjur matang di benak pengguna bahasa Indonesia bentukan-bentukan yang akhir-akhir ini tidak mengindahkan kaidah. Akan banyak yang memilih tebersit, tercermin, dan tepergok. Dua dari tiga pilihan itu akur dengan resep pengimbuhan yang tadi disebut, tepergok dan tebersit, sementara tercermin menyimpang dari ketentuan. Seharusnya: tecermin!
---akhir kutipan---

Saya setuju, "tercermin" memang pengecualian, karena dalam KBBI banyak kata-kata dengan awalan "ter-" yang bersulih menjadi "te-", sesuai dengan kaidah pembentukan kata.

Sekarang mari kita beralih ke arguman IS yang kedua.

IS mengutip KBBI edisi kedua. Saya agak heran, mengapa ia tidak mengutip KBBI edisi ketiga yang mutakhir? KBBI edisi ketiga jelas-jelas mencantumkan arti berikut:

te·per·ca·ya a 1 (paling) dipercaya; 2 dapat dipercaya

Jika IS berkukuh dengan moto "terpercaya" sebagai bentuk superlatif, argumen ini otomatis gugur karena KBBI edisi ketiga mencantumkan lema "tepercaya" dengan arti "paling dipercaya" pula. Argumen IS pun lemah karena lema "percaya" sendiri adalah verba, bukan adjektiva, tidak sesuai dengan klaimnya.

per·ca·ya v 1 mengakui atau yakin bahwa sesuatu memang benar atau nyata: -- kpd ceritanya; -- akan kabar itu; 2 menganggap atau yakin bahwa sesuatu itu benar-benar ada: -- kpd barang gaib; 3 menganggap atau yakin bahwa seseorang itu jujur (tidak jahat dsb): beliau tidak -- lagi kpd Amir; 4 yakin benar atau memastikan akan kemampuan atau kelebihan seseorang atau sesuatu (bahwa akan dapat memenuhi harapannya dsb): -- kpd diri sendiri

Yang terakhir ini tidak terlalu terkait dengan bahasa. Menurut Iskandar Siahaan, Kompas menolak untuk memuat artikel tanggapan ini. Sementara menurut Salomo Simanungkalit, yang dilakukan Iskandar adalah berkomunikasi dengan Salomo secara pribadi, bukan dengan redaksi Kompas.

***
上級 (joukyuu): tingkat lanjut, advanced level
Semua definisi kata diambil dari KBBI daring.

Catatan: 1) Selain salah kaprah dalam memahami kata bentukan "ter-" seperti di atas, banyak terjadi kesalahan dalam penggunaan kata-kata berikut: "terlantar", "terlanjur", dan "terlentang" (lihat Suroso, dkk. 2006, "Pernak-Pernik Bahasa Indonesia"). Bentuk baku menurut KBBI adalah "telantar" (bukan "terlantar"), "telanjur" (bukan "terlanjur"), dan "telentang" (bukan "terlentang").

2) Khusus untuk "telentang" (lema yang berdiri sendiri), ternyata KBBI edisi ketiga juga memuat bentuk "terlentang" yang merupakan lema turunan di bawah lema pokok "lentang". Silakan cek "telentang" dan "lentang" dalam KBBI edisi ketiga dan cermati perbedaannya.
nice!(0)  コメント(4)  トラックバック(0) 
共通テーマ:資格・学び

Kepanjangan, Kependekan, Singkatan, dan Akronim [上級]

Seorang rekan Jepang yang celik bahasa Indonesia berpendapat bahwa penggunaan kata "kepanjangan" dalam artikel harian Republika berikut tidak tepat.

---awal kutipan---
Hamka, yang merupakan kepanjangan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah, adalah ulama dan penulis Islam-Indonesia modern yang produktif.
---akhir kutipan---

Arti lema "kepanjangan" dalam KBBI daring:

ke·pan·jang·an 1 n panjangnya: apa ~ huruf P di depan namanya itu?; 2 a cak terlalu panjang: tali ini ~; 3 n ki kelanjutan: ~ tangan pemerintah pusat, wakil pemerintah pusat;

Yang sesuai dengan pembahasan di sini tentu aja arti nomor 1.

Saya sependapat dengan rekan Jepang yang menunjukkan kesalahan tersebut. Kata "kepanjangan" dalam kutipan kalimat di atas seharusnya diganti dengan "akronim" atau (mungkin) "kependekan". Saya menulis mungkin dalam tanda kurung karena saya belum bisa menarik kesimpulan apakah "akronim" bisa dikategorikan sebagai "kependekan" atau bukan.

Maka kalimat yang saya kutip di atas seharusnya berbunyi:
Hamka, yang merupakan akronim dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah, adalah ulama dan penulis Islam-Indonesia modern yang produktif.

Saya sungguh heran, kesalahan penggunaan frasa "kepanjangan dari" ini sudah begitu jamak di kalangan penutur bahasa Indonesia. Kata "kependekan", "singkatan", atau "akronim" sering tertukar dengan kata "kepanjangan". Saking jamaknya kesalahan tersebut, saya sampai mengira, jangan-jangan saya yang salah?

Baiklah, untuk mencari tahu kebenaran penggunaan frasa "kepanjangan dari", mari kita telusuri contoh-contoh berikut.

Menurut saya salah:
- BNN adalah kepanjangan dari Badan Narkotika Nasional.

Menurut saya betul:
- Kepanjangan dari BNN adalah Badan Narkotika Nasional.
- BNN adalah singkatan dari Badan Narkotika Nasional.
- BNN adalah kependekan dari Badan Narkotika Nasional.

Mari kita lihat arti dan contoh penggunaan lema "kependekan" dalam KBBI daring.

ke·pen·dek·an 1 n perihal pendek; 2 n singkatan; ringkasan: KBBI adalah ~ dr Kamus Besar Bahasa Indonesia; 3 a terlalu pendek: celananya ~

Ternyata KBBI pun memuat contoh kalimat yang bisa kita jadikan pijakan untuk menguatkan asumsi saya tentang kesalahan penggunaan frasa "kepanjangan dari".

- KBBI adalah kependekan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Berarti kita tidak bisa mengatakan bahwa kalimat di bawah ini betul.

- KBBI adalah kepanjangan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Maka kalimat di bawah ini pun salah.

- Hamka adalah kepanjangan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah.

Berikut beberapa contoh penggunaan frasa "kepanjangan dari" yang salah yang saya pungut dari beberapa situs:
- HTML itu kepanjangan dari Hyper Text Markup Language.
- Cosplay adalah kepanjangan dari Costume Player.
- AOindonesia kepanjangan dari Anime Otaku Indonesia.

Terakhir saya berpesan, jangan sampai Anda keliru saat menggunakan kata "singkatan" dan "akronim". :)

sing·kat·an n 1 hasil menyingkat (memendekkan), berupa huruf atau gabungan huruf (msl DPR, KKN, yth., dsb., dan hlm.); 2 kependekan; ringkasan

ak·ro·nim n Ling kependekan yg berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yg ditulis dan dilafalkan sbg kata yg wajar (msl mayjen mayor jenderal, rudal peluru kendali, dan sidak inspeksi mendadak)

***
上級 (joukyuu): tingkat lanjut, advanced level
KBBI daring: Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan


nice!(0)  コメント(6)  トラックバック(0) 
共通テーマ:資格・学び

Memerhatikan dan Memperhatikan [上級]

Semakin banyak seruan agar pengguna bahasa Indonesia kembali ke bahasa Indonesia yang benar. Baru-baru ini, sebuah stasiun televisi swasta di Indonesia mendapat sentilan di rubrik bahasa Kompas (8/2). Saya tidak menemukan nama pengarangnya di situs Kompas, mungkin karena situs Kompas daring (lagi-lagi muncul kata ini, hehehe...) masih belum sempurna. Yang mengikuti pergantian wajah situs Kompas pasti bisa membedakan tampilan lama dan baru situs tersebut. Kalau penulisnya wartawan Kompas, mungkin ada kesepakatan agar nama sang penulis tidak usah disebut. Entah juga. Bila Anda berlangganan Kompas cetak, mohon kesudiannya mengintip nama pengarang artikel tersebut. Terima kasih. :)

Berikut tautan artikel berjudul "Tajam Tepercaya" dari Kompas:
http://www.kompas.co.id/kompascetak/read.php?cnt=.kompascetak.xml.2008.02.08.03112768&channel=2&mn=2&idx=2
Jika tautan di atas tidak bisa Anda akses, silakan coba yang berikut:
http://wismabahasa.wordpress.com/2008/02/08/tajam-tepercaya/

Artikel itu memasalahkan cogan yang digunakan—baiklah, supaya Anda tidak repot mencari-cari, saya tulis saja—SCTV untuk tayangan Liputan 6, "Aktual, Tajam, Terpercaya". Yang dipermasalahkan adalah kata "terpercaya".

---awal kutipan---
Kata percaya—mudah-mudahan tak ada di antara kita yang menganggap kata ini bentukan dari per+caya—termasuk kata dasar yang suku pertamanya (per-caya) berakhir dengan bunyi /er/. Sejalan dengan kaidah pengimbuhan ter-, bentukan yang mengikuti aturan tentu saja tepercaya.
---akhir kutipan---

Betul-betul artikel yang mengena, meskipun sampai sekarang SCTV belum mengganti semboyan yang dipakai di situs Liputan6.com. Mengena, karena saya sendiri selama ini menganggap tidak ada yang aneh dengan kata "terpercaya". Dan saya yakin, jauh lebih banyak orang Indonesia yang menggunakan kata "terpercaya" dibandingkan mereka yang menggunakan kata "tepercaya".

Dengan mengambil pelajaran yang sama, saya kira ada kata yang sering luput dari perhatian karena kita menganggapnya wajar. Merasa anehkah Anda dengan kata "memerhatikan"? Merasa akrabkah Anda dengan kata "memperhatikan"?

Yang betul adalah "memerhatikan". Huruf "p" luluh karena kata dasar "memerhatikan" bukan "hati", melainkan "perhati". Kalau kata dasarnya "hati" dan mendapat awalan "memper-" dan akhiran "-kan", kata "memperhatikan" memang tidak salah. Namun, tidak ada lema turunan "memperhatikan" pada lema "hati".

Karena kata dasar yang tercantum dalam KBBI adalah "perhati", sudah selayaknya kita menaati kaidah pembentukan kata dan konsisten menggunakan kata "memerhatikan".

***
上級 (joukyuu): tingkat lanjut, advanced level

Catatan: Saya baru saja menambahkan tulisan lain tentang "memerhatikan" dan "memperhatikan". [15 April 2008]
nice!(0)  コメント(8)  トラックバック(0) 
共通テーマ:資格・学び

Kematian Paman Gober (スクルージ・マグダックの死) [上級]

"Kematian Paman Gober" adalah judul cerpen karangan Seno Gumira Ajidarma, cerpenis Indonesia yang tergolong sangat produktif. Cerpen ini ditulis Seno tahun 1994, ketika "Paman Gober" masih berjaya di "Kota Bebek". Orang Indonesia yang membaca cerpen ini tentu langsung bisa menghubungkan tokoh "Paman Gober" dengan penguasa tertinggi di negaranya. Seno tidak pernah berhenti memukau saya dengan berbagai karyanya, sejak dulu sampai sekarang. Tidak usah saya uraikan betapa irinya saya terhadap mereka yang masih setia membaca berbagai karya sastra koran di Indonesia. Meminjam kata yang sering diucapkan Donal Bebek, "Keluh..." :)

Silakan klik di sini jika Anda ingin membaca cerpen tersebut. Sekadar peringatan, cerpen Seno di laman itu mengandung banyak kesalahan ketik. Barangkali orang yang pertama kali berbaik hati memindah tulisan aslinya ke komputer mengetiknya secara terburu-buru. Saya sengaja menggunakan frasa "pertama kali", karena tampaknya blog yang saya tulis tautannya tersebut mengutipnya dari forum lain. Sangat mungkin forum lain itu mengutipnya dari sumber lain pula. Silakan telusuri sendiri siapa pemindah awal teks tersebut kalau penasaran. :)

Yang di bawah ini sedikit teka-teki. Kalau Anda memiliki waktu luang, silakan tebak nama-nama karakter di bawah ini dalam bahasa Jepang.
- Donal Bebek
- Miki Tikus
- Gufi
- Kiki dan Koko
- Untung
- Kwik, Kwek, dan Kwak
- Lang Ling Lung
- Gerombolan si Berat

Masalahnya, teka-teki ini agak sulit dipecahkan kalau komik Donal Bebek tidak beredar di Jepang. Selamat berpikir!

***
上級 (joukyuu): tingkat lanjut, advanced level
スクルージ・マグダックの死 (sukuruuji magudakku no shi): Uncle Scrooge's Death
keluh: pengindonesiaan "sigh..." dalam komik Donal Bebek


nice!(0)  コメント(0)  トラックバック(0) 
共通テーマ:資格・学び

Residu Pestisida (残留農薬) [上級]

Dua hari yang lalu (30/1) saya menonton berita di televisi mengenai tiga keluarga di Chiba dan Hyogo yang menunjukkan gejala keracunan setelah menyantap gyouza. Tiga orang di antaranya (termasuk anak kecil) sempat mengalami kondisi kritis.

Rupanya gyouza yang mereka santap bukan sembarang gyouza, melainkan gyouza beku buatan China yang diimpor oleh anak perusahaan JT (produsen rokok Jepang), JT Foods.

Setelah pihak kepolisian dua prefektur tersebut meneliti sampel gyouza di laboratorium, ditemukan adanya residu pestisida seperti metamidofos, semacam pestisida organofosfor. JT Foods langsung menarik produk-produk lain yang disuplai oleh produsen makanan yang sama, Tianyang Food.

"Residu pestisida itu masalah yang biasa di negara berkembang," kata suami saya, "jadi kita sudah kebal." Kebal? Tanya saya dalam hati. Maksudnya, karena saya dan suami saya lahir dan besar di Indonesia, kemungkinan besar tubuh kami sudah terbiasa dengan bahan makanan yang mengandung residu pestisida tanpa kami sadari, begitu?

Wah, berarti anak saya tidak kebal terhadap residu pestisida di bahan makanan, dong. Jadi saya harus berhati-hati saat membeli dan mengolah sayuran atau bahan makanan lainnya. :)

***
上級 (joukyuu): tingkat lanjut, advanced level
残留農薬 (zanryuu nouyaku): pesticide residue
gyouza (餃子): jiao-zi, sui-kiauw, steam-baked meat pie, semacam pangsit yang diisi daging, sayur (biasanya kubis dan daun kucai), dan daun bawang
metamidofos: メタミドホス (metamidohos), methamidophos
pestisida organofosfor: 有機リン系農薬 (yuuki rin-kei nouyaku), organophosphorus pesticide


nice!(0)  コメント(0)  トラックバック(0) 
共通テーマ:資格・学び

Akhirnya Mbah Harto berpulang... [上級]

Kemarin (27/1) pukul 13.10 WIB, mantan presiden RI, Haji Muhammad Soeharto, berpulang ke pangkuan-Nya dalam usia 86 tahun.

Secara pribadi, selaku pemeluk agama Islam, saya memaafkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan beliau semasa 32 tahun menjadi orang nomor satu di Indonesia. Namun, pemerintah Indonesia tidak sepatutnya memaafkan begitu saja tanpa menegakkan hukum atas kejahatan-kejahatan yang dilakukan orang yang mendapat gelar Bapak Pembangunan tersebut. Tentu saja, tanpa melupakan jasa-jasa beliau terhadap Indonesia.

Tidak sedikit pihak yang mengungkit perbedaan perlakuan terhadap alm. mantan Presiden Soekarno ketika beliau sakit menjelang ajalnya, dan perlakuan luar biasa yang dinikmati alm. Soeharto sekarang. Soeharto dirawat oleh Tim Dokter Kepresidenan yang siaga 24 jam, sementara Soekarno ditelantarkan. Kemarin saya sempat membaca berita di Kompas yang menyatakan biaya perawatan Soeharto mencapai Rp 1 miliar. Angka yang fantastis. Sayang saya belum berhasil menemukan tautannya.

Berikut beberapa sinonim/varian kata "meninggal":
meninggal dunia; menghadap Sang Khalik; wafat; pergi untuk selama-lamanya; menemui ajal(nya); berpulang ke rahmatullah; tutup usia; berpulang; menutup mata untuk selama-lamanya; mengembuskan napas terakhir(nya); dipanggil oleh-Nya; kembali ke sisi-Nya

***
上級 (joukyuu): tingkat lanjut, advanced level
WIB (Waktu Indonesia Barat): 西部インドネシア時間 (seibu indoneshia jikan), Western Indonesia Standard Time
alm. (almarhum): 故~ (ko --), the late --
Tulisan di blog ini yang terkait Soeharto:
- Rangkaian bunga (花束)
- Masih tentang kasus Soeharto
- Mengesampingkan? Mengenyampingkan?
- Kasus hukum Soeharto dianggap selesai?


nice!(0)  コメント(0)  トラックバック(0) 
共通テーマ:資格・学び

この広告は前回の更新から一定期間経過したブログに表示されています。更新すると自動で解除されます。